under reconstruction

Dec 20, 2010

Kiat Kaya (KitKay)

by Ust.Fadli Reza Nur
KRPH Mardliyyah 181210

1.Sedikit tidur
2.Detail mengelola kekayaan
3.Tidak cepat ambil untung, jadikan modal dulu
4.Hiduplah lebih irit
5.Tambah kekayaan

Ada 4 macam profesi yaitu pegawai,pekerja lepas,wirausaha,penanam modal
Apa profesi cita-cita Anda? semuanya baik, semuanya dapat memberikan keberkahan, pilihan profesi adalah pilihan hidup, maka kejarlah profesi cita-cita itu.

Bikin perencanaan keuangan,,,berapa target kekayaan Anda 5 tahun lagi?10 tahun lagi?
Jika Anda sekarang mendapat uang 100jt akan Anda gunakan untuk apa?

Boleh berhutang, yaitu hutang yang produktif, bukan hutang konsumtif. Hutang produktif pun perlu diprioritaskan menurut kebutuhan primer-sekunder-tersier.

Apakah Anda berada di zona aman?
Apabila Anda tidak ingin resiko, maka diam saja, diam saja dan tidak usah melakukan apa-apa, tidak usah menjadi siapa-siapa. Mati saja. Orang yang tidak mau keluar dari zona aman karena sebab-sebab ketakutan, kesedihan, rasa bersalah, kemarahan.

Manusia diciptakan dengan membawa dua hal, yaitu kelebihan dan bukan kekurangan,namun keunikan. Manusia dengan kelebihan dan keunikannya.

Dua buah pertanyaan yang Anda jawab sendiri, untuk cita-cita Anda :
Apa yang terjadi jika saya menunda-nunda?
Apa yang terjadi jika saya tidak menunda-nunda?
Apa yang tidak terjadi jika saya menunda-nunda?
Apa yang tidak terjadi jika saya tidak menunda-nunda?

Hukum Kausalitas sebab-akibat, antara usaha vs hasil. Semakin besar usaha, semakin besar hasil yang diperoleh.Sunatullah, biidznillah. Allahu a'lam. ...baca lanjutannya...

Dec 1, 2010

Luaskan Bentangan Cakrawala Kepahamanmu

Oleh : Cahyadi Takariawan



Sungguh sangat ingin aku sampaikan pesan penting ini pertama kali: luaskan bentangan cakrawala kepahamanmu. Bergerak dalam dinamika dakwah adalah pergerakan yang berlandaskan kepahaman, berlandaskan hujah, berlandaskan ilmu dan pengetahuan. Tak ada keberhasilan dakwah, jika tidak diawali ilmu dan kepahaman. Tidak akan ada keteguhan di jalan dakwah, jika tidak memiliki cakrawala pengetahuan yang memadai.

Coba aku ajak membuat perbandingan. Saat anak masih kecil, ia hanya bermain di dalam rumah saja. Ia akan bertanya tentang benda-benda yang ada di dalam rumahnya sendiri. Dengan mudah orang tua menjawab dan menjelaskan, karena itu benda-benda yang sangat umum dan dikenalnya dengan baik. Bertambah usia, si anak mulai bermain di halaman rumah. Ia bertanya tentang benda-benda yang ada di halaman rumah. Orang tua dengan mantap menjawab semua pertanyaan anak.

Bertambah lagi usianya, anak bermain di lingkungan tetangga. Ia membawa pertanyaan seputar lingkungan sekitar, dan ada beberapa pertanyaan yang mulai sulit dijawab orang tuanya. Semakin besar anak, pergaulannya semakin luas, permainannya semakin jauh, tidak hanya di lingkungan tempat tinggal. Ia mulai bepergian ke luar kota, ia mulai mengenal beraneka ragam jenis manusia. Pertanyaan yang dibawa pulang semakin banyak yang dirasakan sulit oleh orang tuanya. Apalagi saat dewasa anak mulai mengenal manca negara, ia mengunjungi berbagai negara. Pergaulannya tanpa batas geografis, betapa luas pengetahuannya dan akhirnya semakin banyak pertanyaan tidak terjawab oleh orang tuanya yang belum pernah bepergian ke luar negeri.

Apa yang terjadi ? Ada senjang informasi, ada senjang tsaqafah, ada senjang wawasan, ada senjang cakrawala pemikiran,antara anak dengan orang tua. Kesenjangan ini menyebabkan dialog sering tidak menyambung, atau dialog menjadi tidak seimbang. Anak berbicara tentang teknologi tinggi, yang tidak terbayang oleh orang tuanya yang gagap teknologi. Anak bercerita tentang pesawat terbang, sementara orang tuanya belum pernah melihat bentuk pesawat kecuali melalui gambar. Merasakan naik pesawat, berbeda dengan orang yang hanya mengerti gambar pesawat.

Bagaimana jika gambaran anak di atas adalah realitas pergerakan dakwah, yang tumbuh dari kecil membesar, dari segmen yang sempit ke segmen yang tak terbatas, dari tertutup menuju keterbukaan ? Sementara orang tua tersebut adalah kader dakwah yang stagnan. Kesenjangan informasi ternyata membahayakan.

“Sedang apa kau di sini ?” tanya sang ayah.

“Aku sedang bersiap untuk terbang ke London”, jawab sang anak.

“London itu apa ?” tanya ayah.

“London itu nama sebuah tempat di Eropa”, jawab sang anak.

“Apa engkau bisa terbang ?” tanya ayah.

“Aku naik pesawat terbang”, jawab sang anak.

“Mengapa kamu pergi ke London ? Pergilah ke sawah saja tempat biasanya kamu bermain-main”, pinta sang ayah sembari keheranan.

“Biasanya anakku bermain di sawah, mengapa sekarang ia mau bermain ke London?” pikir sang ayah.

“Apakah anakku sudah menjadi kafir dan ikut-ikutan gaya hidup orang Barat ?” pikir ayah.

Tentu saja, pikiran itu berlebihan. Ayah “berhenti” informasinya hanya di sekitar rumah, paling jauh ke pasar kecamatan atau kabupaten. Sementara si anak terus berkembang, ia melanglang buana mengelilingi dunia. Wawasannya terus bertambah, sementara si ayah wawasannya sudah selesai dan titik. Agar seimbang, si ayah harus mulai dikenalkan naik pesawat terbang dan mengunjungi berbagai pulau dan negara.

Bahkan, untuk sekedar mengerti sebuah kelucuan pun, memerlukan wawasan pengetahuan yang memadai. Seseorang tidak mengerti apa yang lucu sehingga tidak tertawa, pada saat orang lain merasa sangat lucu dan tertawa terbahak-bahak. Salah satunya, karena senjang informasi.

Ada tsaqafah maidaniyah, wawasan keilmuan yang terbentuk karena interaksi seseorang dengan realitas lapangan dakwah. Semakin luas pergaulan dan lapangan aktivitasnya, akan semakin banyak tsaqafah yang didapatkan. Jika aktivis “berhenti” mendapatkan asupan wawasan dan informasi lapangan, pastilah akan terbentuk persepsi puritan yang sering tidak “nyambung” dengan realitas lapangan.

Ini yang harus dijaga, secara pribadi maupun jama’i. Jangan berhenti mencari keluasan kepahaman, baik tekstual dari kitab, maupun kontekstual dari realitas lapangan. Teruslah berjalan meniti kepahaman. Teruslah merasa haus dan dahaga dari ilmu dan pengetahuan, sehingga tidak lelah untuk mencari dan mencari. Walau bis Sin, walau di negeri China, atau di negeri manapun.

Sumber : www.cahyadi-takariawan.web.id
...baca lanjutannya...

Nov 25, 2010

Taman Hatiku, Rumah Imanku

Allohumma Yaa Muqalibal qulub tsabbit qolbi ‘ala dinika wa’ala tho’atik
Keberkahan dari sebuah doa adalah janji bahwa Alloh akan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan setiap hambaNya.

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu”. (QS. Al Mukmin : 60)


sumber gambar : www.ms.langitilahi.com

Alloh yang berkuasa untuk membolak-balikkan isi hati, dengan sebuah peristiwa, peringatan yang tajam pagi ini membuka kembali mata dan hati, semoga ini adalah jalan dari Alloh untuk mengembalikanku pada sebuah makna yang Lurus, tentang sebuah iman, sebuah kepahaman, sebuah keihkhlasan, sebuah amal, yang harus tetap dipertahankan.

Teguran demi teguran telah datang, maka coba renungkan, manakah yang lebih kau cintai? Apakah Allah Yang Maha Kuasa ataukah makhlukNya yang hatinya ada dalam genggamanNya? tanya batinku. Setulus hati aku masih bisa menjawab Allah Yang Maha Kuasa, dan tentu saja sebuah jawaban mempunyai konsekuensi terhadap semua jalan pikiran, perasaan dan perbuatan, untuk senantiasa lurus sesuai dengan kehendakNya, kehendak Dzat yang paling aku cintai.

"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui org-org yg berjihad dan bersabar diantara kalian; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kalian. (QS. Muhammad:31)

Nasihat seseorang pagi ini tiba-tiba menyentak kesadaran, membuatku memperhatikan kembali suatu tempat berteduh, yang hanya sepetak kecil, yaitu sebuah taman yang mewakili seluruh jiwa, ialah taman hati, sebuah taman tempat bernaungnya iman. Ternyata kondisinya memprihatinkan, ternyata pupuk-pupuk dzikir yang kuberikan hanya sampai pada pelatarannya, tak sampai pada pot-pot dahlia, krisan, dan mawar, dan parahnya ternyata rumput liar dan ilalang telah tumbuh tak beraturan merusak pemandangan, debu-debu merapi terlihat tebal dan sesekali beterbangan, banyak gulma iri dengki sombong takabur, kufur, munafik yang menggelayut pada daun tanaman teh-tehan sebagai pagar taman, merembet ke tengah taman dan mulai menjangkiti melatiku. Hembusan-hembusan syaitan melalui akar nadipun turut menyuburkan pertumbuhan gulma itu, sungguh aku tak tega melihatnya, taman indahku engkau kini berantakan bagai tak bertuan, tanah suburmu tertutup ranting patah dan dedaunan kering dosa yang berserakan, tak ketinggalan siput-siput riya’ yang memakan daun-daun aglonema indahku, dan kupu-kupu warna warni kemanakah kalian?

Ya Alloh ,,,,Engkau jadikan yang indah di mataku menjadi begitu buruk seketika, Engkau pula yang mampu menjadikan sesuatu yang buruk menjadi indah di mata, Engkaulah Sang Maha Kuasa,,

Dan syaithan sungguh engkau makhluk laknatullah, yang menghembuskan tipu daya agar manusia tersesat dari jalan lurusNya, bahkan Adam alaihi salam pun termakan tipu dayamu dengan dalih kebahagiaan dan keabadian, padahal yang engkau tawarkan hanyalah hawa nafsu belaka. Bersyukur aku manusia, bahwa Adam melakukan pertaubatan dan taubatnya diterima oleh Alloh, dan engkau tetap laknatullah. Tiada kesombongan yang pantas bagi seorang makhluk, karena segala kekuasaan hanyalah milik Alloh.

Satu paket taubat,, fasilitas istimewa dari Pencipta, sebagai bukti kasih dan sayangNya, telah disiapkan untuk bekal membersihkan dan merapikan kembali taman hati, agar iman dapat bertumbuh subur sebagai ruh yang menghidupkan taman, menjadikan jiwa yang memandangnya tentram dan benderang. Jiwa-jiwa yang kembali pada Rabb-nya.

Bukankah perlu waktu yang tidak sebentar untuk membangun taman ini? Dan bukankah banyak orang yang telah berbaik hati mengorbankan waktunya untuk membantu menemukan dan menghias tamanku ini? Maka tak perlu menunda waktu, segera perbaiki, bersihkan, dan rapikan, agar iman yang menjadi syarat bagi dicintainya seorang hamba oleh Allah dapat kembali bertumbuh subur, memberikan keindahan dan kebahagiaan taman hati, rumah bagi iman.

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)

Bertaubat kepada Sang Maha demi mengharap cinta-Nya, diiringi sebuah nasihat :
Perhatikan setiap langkahmu, perhatikan setiap detik waktumu, perhatikan setiap tindakanmu, perhatikan setiap perasaanmu, perhatikan setiap pikiranmu, apakah itu telah sesuai dengan imanmu? Perhatikanlah,,,karena syaitan terus mengintaimu, dari depan belakang samping dan semua sisi, membisikkan kata-kata manis untuk menyesatkanmu, menyusup dalam nadimu, perhatikanlah dan jangan menyepelekan hal-hal kecil, bisa jadi itu menjadi sebab kejatuhanmu dalam fitnah dan dosa. Na’udzubillah. Waspadalah, waspadalah, stop maksiat, mari segera bertaubat, mumpung masih sempat.

Semoga taman hati, rumah iman ini, menjadi bekal taman indahku di surga kelak, Amin Ya Rabbal ‘alamin. Bagimana dengan tamanmu sahabat? Semoga tetap terjaga dalam iman.

Hujan mulai turun, membasahi tanah, ranting dan dedaunan, serta menaklukan debu-debu yang sedari tadi berhamburan. Menjadi sebuah kelegaan bagi bumi yang tengah kehausan.

--istighfar sebanyak-banyaknya, mengharap Alloh mengampuni dosa kemaksiatan dan memberi kemudahan bagi segala urusan--

...baca lanjutannya...

Nov 24, 2010

Tiga Ciri Orang Ikhlas

Sumber : Dakwatuna.com
Oleh : Mochamad Bugi

Jika ada kader dakwah merasakan kekeringan ruhiyah, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati, hasad, perselisihan, friksi, dan perbedaan pendapat yang mengarah ke permusuhan, berarti ada masalah besar dalam tubuh mereka. Dan itu tidak boleh dibiarkan. Butuh solusi tepat dan segera.

Jika merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, kita akan menemukan pangkal masalahnya, yaitu hati yang rusak karena kecenderungan pada syahwat. “Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46). Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk. Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi). Imam Al-Ghazali pernah ditanya, “Apa mungkin para ulama (para dai) saling berselisih?” Ia menjawab,” Mereka akan berselisih jika masuk pada kepentingan dunia.”


gambar dr blog bunda maiyah

Karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik. Hati adalah pangkal segala kebaikan dan keburukan. Dan obat hati yang paling mujarab hanya ada dalam satu kata ini: ikhlas.

Kedudukan Ikhlas

Ikhlas adalah buah dan intisari dari iman. Seorang tidak dianggap beragama dengan benar jika tidak ikhlas. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162). Surat Al-Bayyinah ayat 5 menyatakan, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” Rasulullah saw. bersabda, “Ikhlaslah dalam beragama; cukup bagimu amal yang sedikit.”

Tatkala Jibril bertanya tentang ihsan, Rasul saw. berkata, “Engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.”

Fudhail bin Iyadh memahami kata ihsan dalam firman Allah surat Al-Mulk ayat 2 yang berbunyi, “Liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” dengan makna akhlasahu (yang paling ikhlas) dan ashwabahu (yang paling benar). Katanya, “Sesungguhnya jika amal dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan jika amal itu benar tetapi tidak ikhlas, juga tidak diterima. Sehingga, amal itu harus ikhlas dan benar. Ikhlas jika dilakukan karena Allah Azza wa Jalla dan benar jika dilakukan sesuai sunnah.” Pendapat Fudhail ini disandarkan pada firman Allah swt. di surat Al-Kahfi ayat 110.

Imam Syafi’i pernah memberi nasihat kepada seorang temannya, “Wahai Abu Musa, jika engkau berijtihad dengan sebenar-benar kesungguhan untuk membuat seluruh manusia ridha (suka), maka itu tidak akan terjadi. Jika demikian, maka ikhlaskan amalmu dan niatmu karena Allah Azza wa Jalla.”

Karena itu tak heran jika Ibnul Qoyyim memberi perumpamaan seperti ini, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tapi tidak bermanfaat.” Dalam kesempatan lain beliau berkata, “Jika ilmu bermanfaat tanpa amal, maka tidak mungkin Allah mencela para pendeta ahli Kitab. Jika ilmu bermanfaat tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin Allah mencela orang-orang munafik.”

Makna Ikhlas

Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Karena itu, bagi seorang dai makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian si dai menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dai yang berkarakter seperti itulah yang punya semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam segala aktivitas mengisi hidupnya.

Buruknya Riya

Makna riya adalah seorang muslim memperlihatkan amalnya pada manusia dengan harapan mendapat posisi, kedudukan, pujian, dan segala bentuk keduniaan lainnya. Riya merupakan sifat atau ciri khas orang-orang munafik. Disebutkan dalam surat An-Nisaa ayat 142, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat itu) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Riya juga merupakan salah satu cabang dari kemusyrikan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takuti pada kalian adalah syirik kecil.” Sahabat bertanya, “Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Riya. Allah berkata di hari kiamat ketika membalas amal-amal hamba-Nya, ‘Pergilah pada yang kamu berbuat riya di dunia dan perhatikanlah, apakah kamu mendapatkan balasannya?’” (HR Ahmad).

Dan orang yang berbuat riya pasti mendapat hukuman dari Allah swt. Orang-orang yang telah melakukan amal-amal terbaik, apakah itu mujahid, ustadz, dan orang yang senantiasa berinfak, semuanya diseret ke neraka karena amal mereka tidak ikhlas kepada Allah. Kata Rasulullah saw., “Siapa yang menuntut ilmu, dan tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan perhiasan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan wangi-wangi surga di hari akhir.” (HR Abu Dawud)

Ciri Orang Yang Ikhlas

Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:

1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”

Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.

Al-Qur’an telah menjelaskan sifat orang-orang beriman yang ikhlas dan sifat orang-orang munafik, membuka kedok dan kebusukan orang-orang munafik dengan berbagai macam cirinya. Di antaranya disebutkan dalam surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya.”

2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)

Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.

3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.

Para dai yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya. Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah. Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.

link www.dakwatuna.com
...baca lanjutannya...

Nov 15, 2010

Inspirasi As Syams Inspirasi Dhuha

#Demi Matahari by Snada Nasyid#

Demi matahari dan sinarnya di pagi hari
Demi bulan apabila ia mengiringi
Demi siang hari bila menampakkan dirinya
Demi malam apabila ia menutupi

Demi langit beserta seluruh binaannya
Demi bumi serta yang ada di hamparannya
Demi jiwa dan seluruh penyempurnaannya

Allah, Subhanallah … Allah, Subhanallah
Allah, Subhanallah … Allah, Subahanallah

Allah mengilhamkan sukma kefasikan dan ketaqwaan
Beruntung bagi yang mensucikan-Nya
Merugi bagi yang mengotori-Nya … Subhanallah

----
Subhanalloh,,,nasyid terindah adalah yang sumber lirik2nya adalah Dzat Yang Maha Mulia, Nasyid yang bila diperdengarkan mampu membuat hati bergetar akan keagunganNya, membuat pikiran terang mengingat kehidupan, membuat setiap kejadian menjadi sumber ibroh yang menyejarah dalam kebaikan. Seperti Alloh Yang Menuliskan FirmanNya dalam Al Qur'anul Karim, kitab terbaik dalam semua susunan kata dan maknanya. Lirik dalam kitab suci yang bila diperdengarkan akan mampu meng-kait-kan semua unsur kehidupan, menyentuh semua indra yang beriman,,

Alloh, Engkau karuniakan kepekaan nada kepada para pembuat lagu, Engkau jualah yang mengkaruniakan kepekaan hati pada para pembuat lirik, dan Engkau jualah yang mengkaruniakan suara yang indah bagi para munsyid. Semoga semuanya menjadi bagian yang baik dalam pandangan Engkau, menguatkan kebaikan dalam memenangkan kalimat-kalimat suci-Mu.

Alloh, di waktu dhuha-Mu, semoga Engkau berkenan mencurahkan segala kebaikan, dengan raka'at-raka'at Ad-Dhuha dan As-Syams, kuiiringkan sebait permohonan, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikanMu, keindahan itu keindahanMu, kekuatan itu kekuatanMu, kekuasaan itu kekuasaanMu, dan perlindungan itu perlindunganMu. Ya Alloh, jika rizkiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi, keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaanMu, limphkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMu yang sholeh. Amin.

Allahumma Ya Muqolibal qulub, tsabbit qolbi 'ala dinika, tsabbit qolbi 'ala tha'atik, tsabbit qalbi 'ala da'watik wa 'ala sabilik.

Semoga yang telah Engkau kuatkan dalam keyakinan ini tidak engkau lemahkan kembali dalam ketaatan kepadaMu, semoga semua warna yang terlukiskan menjadi kebaikan di hadapan Engkau, tersusun menjadi pelangi yang indah, yang kehadirannya disambut istimewa.

Ada yang kurang? rupanya ada satu kata yg blm ikut tayang,,,
Masih di waktu dhuhaMu kupanjatkan segala permohonan dengan penuh cinta, yang membuat hidup lebih hidup bagi jiwa-jiwa, yang membuat harapan indah bagi terkabulnya doa, yang membuat sebuah penantian tak menjemukkan karena yakinnya kedatangan, yang membuat kota kelabu menjadi kembali berwarna,,,bahagialah dengan cinta,,,Berbahagialah,,bersyukurlah,,dan bersabarlah, cinta...sebagai kata terakhir.

-hinggap di jogja satu hari- ...baca lanjutannya...